Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak
Di
sejumlah negara berkembang HIV/AIDS merupakan penyebab utama kematian perempuan
usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta
ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi
HIV, ditularkan melalui proses selama kehamilan, saat persalinan, dan saat
menyusui.
Jumlah
kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2005-2011 menurut Kemenkes RI, kasus HIV/AIDS
terus meningkat dari tahun ke tahun terutama dari tahun 2009 ke tahun 2010
terjadi peningkatan yang cukup tajam. Hal ini disebabkan sudah semakin baiknya
teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang
terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta kerjasama yang baik dari pemerintah
dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang berisiko dapat dijangkau dan
diketahui. Kemudian di tahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIV/AIDS hal
ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari
diperkenalkan dan dijalankannya program CUP (Condom Use 100 Persen).
HIV
atau Human Imunodeficiency Virus
adalah sejenis virus yang menyerang system kekebalan
tubuh dan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. AIDS
atau Acquired Imunodeficiency Syndrome
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunya sistem kekebalan tubuh oleh
virus yang disebut HIV.
Cara
penularan HIV (Human Immunodeficiency
Virus) dapat masuk ke dalam tubuh, salah satunya melalui penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari ibu
yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya yang dikenal sebagai penularan
HIV dari ibu ke anak (PPIA). Hal ini bisa terjadi karena, pada saat hamil
sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkan oleh beberapa lapis
sel yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi janin dari infeksi HIV,
tetapi jika terjadi peradangan, infeksi, ataupun kerusakan pada plasenta. Maka
HIV bisa menembus plasenta, sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak.
Selain
itu, penularan HIV dari ibu ke anak umumnya dapat terjadi pada saat persalinan
dan pada saat menyusui. Apabila ibu tidak menyusui bayinya, risiko penularan
HIV menjadi 20-30% dan akan berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan ARV (Anti Retroviral). Pemberian ARV jangka
pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko penularan HIV sebesar 15-25% dan
risiko penularan sebesar 5-15%, apabila ibu tidak menyusui (MP-ASI). Akan
tetapi, dengan terapi ARV jangka panjang, risiko penularan HIV dari ibu ke anak
dapat diturunkan lagi hingga 1-5%. Dan ibu yang menyusui secara eksklusif
memiliki risiko yang sama untuk menularkan HIV ke anaknya dibandingkan dengan
ibu yang tidak menyusui.
semoga artikel ini bermanfaat...
terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar