Minggu, 20 Maret 2016

Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak

Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak

Di sejumlah negara berkembang HIV/AIDS merupakan penyebab utama kematian perempuan usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses selama kehamilan, saat persalinan, dan saat menyusui.



 Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2005-2011 menurut Kemenkes RI, kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun terutama dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam. Hal ini disebabkan sudah semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta kerjasama yang baik dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang berisiko dapat dijangkau dan diketahui. Kemudian di tahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIV/AIDS hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari diperkenalkan dan dijalankannya program CUP (Condom Use 100 Persen). 

HIV atau Human Imunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang system kekebalan tubuh dan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. AIDS atau Acquired Imunodeficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.



Cara penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat masuk ke dalam tubuh, salah satunya melalui penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya yang dikenal sebagai penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Hal ini bisa terjadi karena, pada saat hamil sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkan oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi janin dari infeksi HIV, tetapi jika terjadi peradangan, infeksi, ataupun kerusakan pada plasenta. Maka HIV bisa menembus plasenta, sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. 

Selain itu, penularan HIV dari ibu ke anak umumnya dapat terjadi pada saat persalinan dan pada saat menyusui. Apabila ibu tidak menyusui bayinya, risiko penularan HIV menjadi 20-30% dan akan berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan ARV (Anti Retroviral). Pemberian ARV jangka pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko penularan HIV sebesar 15-25% dan risiko penularan sebesar 5-15%, apabila ibu tidak menyusui (MP-ASI). Akan tetapi, dengan terapi ARV jangka panjang, risiko penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan lagi hingga 1-5%. Dan ibu yang menyusui secara eksklusif memiliki risiko yang sama untuk menularkan HIV ke anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.

semoga artikel ini bermanfaat...
terima kasih



Pentingnya Gizi dan Nutrisi Pada Ibu Hamil

Pentingnya Gizi dan Nutrisi Pada Ibu Hamil


Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama  kehamilan berlangsung.  Risiko akan kesehatan janin yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga dan ibu hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi mengenai pola makan yang sehat. Maka, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam memilih makanan karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang dikandungnya.


Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan dengan baik, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal seperti zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu dan janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil.

Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya. Bila makanan ibu terbatas, janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.